Setiap
anak Tuhan pasti punya karunia. Pertanyaannya, apa itu karunia? Apa beda
karunia dengan talenta? Kok ada yang merasa tidak punya karunia tapi di sisi
lain ada merasa punya segudang talenta? Lalu kalau memang kita punya karunia, so what? Does it matter to our
life?
Oke
ini dia penjelasan tentang karunia dan gunanya dalam pertumbuhan anak-anak
Tuhan. Bahan inilah yang menjadi topik pembahasan di Persekutuan Pra Remaja GKI
Gejayan Pos Jemaat Adisucipto pada Minggu 27 Juli 2014. Berhubung pembicaranya
aku sendiri, hehehe.. Kak Evi narsis nih, jadi aku mencoba mendeskripsikan
sesederhana mungkin. Simple style ala
David Valentino.
KARUNIA
DAN TALENTA
Beberapa
referensi menjelaskan tentang perbedaan utama karunia dan talenta. Talenta
merupakan suatu bakat atau kemampuan yang merupakan hasil genetic (bawaan
lahir) maupun hasil latihan yang kontinu. Sementara karunia merupakan kemampuan
yang diberikan Roh Kudus kepada mereka yang telah menerima Kristus di dalam
dirinya. Roh Kudus memberikan karunia untuk mengembangkan Kerjaan Allah yang
telah lebih dulu dimulai oleh Yesus Kristus.
Talenta
itu misalnya kemampuan bermusik, olahraga, menari, dan kemampuan lain yang masuk
dalam kategori hard skills dan soft skills. Kita semua bisa melatih
sedemikian rupa untuk memunculkan talenta dalam diri seseorang. Sebaliknya,
karunia itu tidak bisa muncul begitu saja tanpa ada peranan dari Roh Kudus.
Lalu, apa saja yang disebut karunia?
Pertama
coba buka Efesus 4:11-16. Bacaan tersebut ditulis oleh Paulus untuk jemaat di
Efesus. Paulus menjelaskan tentang pentingnya kesatuan jemaat dan karunia yang
berbeda-beda. Merujuk ke 1 Korintus 12:8-10, ada sembilan jenis karunia yaitu:
1. Karunia berkata-kata hikmat.
2. Karunia berkata-kata pengetahuan.
3. Karunia Iman.
4. Karunia untuk menyembuhkan.
5. Karunia untuk mengadakan mujizat.
6. Karunia bernubuat.
7. Karunia membedakan bermacam-macam roh.
8. Karunia berkata-kata dalam bahasa roh.
9. Karunia menafsirkan bahasa roh.
Wuih,
dahsyat ya kemampuan karunia. Bisa dibilang, karunia merupakan kemampuan yang
lebih bersifat spiritual. O iya, ada pula referensi tentang karunia dari Roma 12:3-8.
Kali ini, jenis karunia antara lain :
1.
Bernubuat.
2.
Melayani.
3.
Mengajar.
4.
Menasihati.
5.
Membagi-bagikan sesuatu.
6.
Mempimpin.
7.
Menunjukkan kemurahan (murah hati).
APA SIH FUNGSI KARUNIA?
Oke,
kita udah tahu apa itu karunia. Lalu ada apa dengan karunia? Mengapa ada yang
punya banyak karunia tetapi di sisi lain ada yang merasa tidak punya karunia
sama sekali.
Kami,
Pra Remaja Pos Adisucipto, awalnya tidak sepenuhnya tahu karunia kami
masing-masing. Namun kami yakin kami punya karunia karena kami semua sudah
terima Kristus dalam hidup kami. Jadi seharusnya kami punya karunia walaupun
jumlah sedikit.
Diskusi
sana-sini, merenung, analisa sedikit-sedikit, dan terkumpulah daftar karunia
yang ada dalam diri kami masing-masing. Hasilnya seru juga. Ada yang punya
satu, dua, tiga, bahkan lima karunia. Teman-teman cowok bingung berat
menentukan karunia masing-masing namun mereka sepakat mereka punya satu karunia
: Murah Hati! Ahahaha.. So sweet!
Mari
kita kembali ke Efesus 4:11-16. Paulus menjelaskan, di setiap kelompok (jemaat)
pasti ada pemimpin dan yang dipimpin. Pemimpin utama kita adalah Kristus. Paska
kembali ke Surga, Kristus menyerahkan tugas kepemimpinan ke Para Rasul,
Penginjil, dan kini berlanjut ke pemimpin lainnya seperti penginjil, gembala
jemaat, pendeta, pastur, dan pemimpin rohani lainnya.
Para
pemimpin bertugas untuk mempersatukan, membimbing, dan membantu pengembangan
jemaat yang dipimpinnya. Sementara yang dipimpin pun memiliki peranan untuk
bekerja sama dalam perluasan Kerajaan Allah di dunia. Singkatnya, jemaat harus
bersatu untuk bertumbuh dan melakukan pelayanan bersama-sama.
TUMBUH BERSAMA HINGGA JADI
DEWASA
Sekali
lagi, semua jemaat harus tumbuh bersama. Semuaaanya! Tidak boleh tidak.
Bertumbuh ke segala arah. Bertumbuh ke atas dan berakar di bawah. Efesus 4:15
jadi kuncinya. “Tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih
kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala.
Berpegang
teguh pada kebenaran. Kasih. Bertumbuh ke arah Kristus. Ini pola pertumbuhan
untuk menjadi iman yang dewasa. Sulit memang tapi kita harus terus berusaha
menjadi sama seperti Kristus. Tidak Cuma aku, atau kamu, atau dia saja yang
bertumbuh. KITA. Mari bertumbuh bersama di dalam kasih menuju kepada Kristus.
Tuhan memberkati. (evp)